Senin, 27 April 2015

pemeriksaan Dx HIperparatiroid (nurse Untan)

hyperparatiroid pemeriksaan penunjang 1. PTH darah (peningkatan pada hiperparatiroid, penurunan pada hipoparatiroid) Kadar normal: 10-55 pg/mL 2. Kadar fosfat darah (penurunan pada hiperparatiroid) Kadar normal: 2.5-4.5 mg/dL (dewasa); 3.4-6.2 mg/dL (anak-anak) 3. Kadar 1,25 DHC (Kadar normal: 18-62 ng/mL) 4. Hormon PTHrP (Parathyroid Hormon-Related Protein) (jika diduga ada keganasan, biasanya dari carcinoma mammae atau oat cell tumor paru-paru; merupakan stimulan osteoklas yang poten; biasa disintesis di otak, kelenjar mammae, sel endotel, dan lain-lain; mengatur distribusi kalsium transplasental) Kadar normal: <2.5pmol/L 5. Kadar Ca dan P urin 24 jam(Ca: 0-300 mg/24 jam), P: 0.9-1.3 g/24 jam (sekresi kalsium akan menurun, tetapi sekresi fosfat meningkat) 6. Kreatinin dan albumin serum (untuk menilai fungsi ginjal) Kadar normal: kreatinin 0.6-1.5 mg/dL, albumin serum 3.5-5 mg/dL 7. EKG (interval QT akan memendek pada hiperparatiroid) 8. USG dan CT scan paratiroid 9. USG dan CT scan ginjal 10. Foto toraks dan abdomen (untuk mengetahui kalsifikasi ektopik ginjal, paru-paru, maupun gaster) 11. DEXA bone scan (Normal: DMT antara +1 dan –1 rata rata dewasa muda) Osteopenia: DMT antara –1 sampai –2,5 Osteoporosis: DMT < – 2,5 Osteoporosis berat : DMT < -2,5 disertai fraktur 12. Osteocalcin (untuk mengetahui pembentukan tulang, osteocalcin merupakan protein yang dibentuk oleh osteoblas untuk membentuk matriks tulang) Normal values for NMID osteocalcin (ng/mL) were the following according to age and gender: 24–70 in men aged 18–30, 14–42 in men aged 30–50, 14–46 in men older than 50, 11–43 in premenopausal women and 15–46 in postmenopausal women. 13. β-CrossLaps (indikator penghancuran tulang, merupakan hasil degradasi kolagen tipe I yang terdapat dalam tulang) Kadar normal: <0.6 ng/mL Pemeriksaan diagnostic pada kelenjar paratiroid 1. Percobaan Sulkowitchs Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit (fine white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal (6ml/dl). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi. Persiapan  urine 24 jam ditampung  makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut Pelaksanaan  masukan urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung  kedalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua hanya sebagai control Pembacaan hasil secara kwantitatif : Negative (-) : tidak terjadi kekeruhan Positif(+) : terjadi kekeruhan yang halus Positif(++) : kekeruhan sedang Positif(+++) : kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik 2. Percobaan Ellword-Howard Percobaan didasarkan pada dieresis pospor yang dipengaruhi oleh parathormon Cara Pemeriksaan Klien disuntik dengan perathormon melalui intravena kemudian urine ditampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, dieresis pospor bisa mencapai 5-6 kali nilai normal hiperparatiroid, dieresis pospornya tidak banyak berubah. 3. Percobaan Kalsium Intravena Percobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum kalsium akan menekan pembentukan parathormon. Normal bila pospor serum meningkat dan pospor dieresis berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum dan pospor dieresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid pospor serum hamper tidak mengalami perubahan tetapi pospor dieresis meningkat. 4. Pemeriksaan Radiologi Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa normal atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang menipis, membentuk kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang. 5. Pemeriksaan Elektrokardiogram (ECG) Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelainan gambaran EKG akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal. 6. Pemeriksaan Elektromiogram (EMG) Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.

sexual abuse

• Pengertian Sexsual Abuse adalah setiap aktivitas padaanakk dimana umur belm mencukupi enurut izin hokum, yang digunakan pelaku untuk sumber kepuasan seksual orangdwasa atau anak yang sangat lebih tua. Seksual abuse termasuk oral-genital , genital-genital , genital-rectal , tangan-genital , tangan- rectal atau kontak payudarasertapemapaan anatomi seksual menunjukan pornografi pada anak. (Behrman and Nelson, 1996) • Etiologi 1. Anak yg disalahgunakan oleh ayah sendiri dan ayah tiri serta orang lain 2. Kecenderungan pedofil 3. Kekerasan pada anak (Behrman and Nelson, 1996) • Tanda dan gejala 1. Nyeri vagina, penis atau rectum 2. Disuria kronik dan gerakan usus yg tdak disengaja 3. Pubertas premature (Behrman and Nelson , 1996) • Pemeriksaan 1. Pemeriksaan kulit akibat trauma (leher dan mulut ) 2. Pemeriksaan abdomen 3. Pmeriksaan Genitalia, rectum 4. Pemeriksaan rectaltoohtcre ( Behrman and Nelson , 1996) • Pengobatan 1. Dukungan psikologi 2. Terapi 3. Pemberian antibiotic jika terjadi infeksi • Pencegahan 1. Mengajari anak nama-nama semua bagian tubuh termasuk nama, fungsi , dan arti serta bagian yang privat ( payudara genetalia dan rectum) 2. Mengatakan tidakutuk disentuh (Behrman and Nelson , 1996) Menarche • Tanda gejala : 1. Suhu badan meningkat 2. Pinggang sakit 3. Pusing 4. Payudara membengkak 5. Gang. Pda kulit 6. Nafsu makan berlebih • Factor yg mempengaruhi menarche (lestari, 2011) 1. Factor internal a. Organ reproduksi Factor yg mempengaruhiketika haid pertama adalah vagina tdk tmbuh dan berkembang dgn baik, rahim tdk tumbuh dan indung telur tdk tumbuh. b. Hormonal Rangsangan dari luar masuk kepusat panca indra diteruskan melalui striae terminalis menju pusatyg dsebut pubertas inhibitor dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan terhadap hipotalamus yag akan memberikan rangsangan pda hipofse pars posterior sbgai pusat kelenjar. Rangsangan terus menerus ditangkap oleh panca indra menuju ke hipotalamus mnuju ke hipofise anterior mngeluarkan hormone yg dpat merangsang kelenjar utk keluarkan hormone spesifik yaitu : kelenjar tiroid produksi tiroksin, kelenjar indung telur yg peroduksi esterogen dan progesterone , sedangkan kelenjar adrenal mengahsilkan hormone adrenalin. Yang dihasilkan petama kali oleh hipotalamus yaitu FSH hormone ini merangsang pertumbuhan folikel yang mengandung sel telur dan indung telur ,karena terangsang oleh FSH , folikel itu pun akan menghasilkan estrogen yang membantu pada bag. Dada dan alat kemaluan gadis . Peningkatan taraf esterogen dalam darah mempunyai pengaruh (-) di hipotalamus menyebabkan bekurangnya FSH. Membuat FSH mengeluarkan LH. Hormone LH akan mengeluarkan sel telur utk terjadi pembuahan. Folikel yg tersisa / korpus lutium yg menghasilkan esterogen lalu mengeluarkan progesterone . apabila sel telur tidak dibuahi makataraf eterogen dan progeteron dalam aliran darah akan merosot sehingga menyebabkan alas garis menjadi pecah .ini lah proses yg dinamakan pendarahan saat dating haid yg pertama. c. Penyakit Beberapa penyakit yang menyebabkan haid dating terlambat adalah infeksi . 2. Factor eksternal a. Gizi b. Pengetahuan orangtua c. Gaya hidup (jptunimus-gdl-sitinuryan-7219-3-babii.pdf) • Siklus menstruasi 1. Fase folikuler Fase pertama sebagai fase pd siklus mens smpai terjadi ovulasi . 28 hari , fase meliputi 14 hari pertama . fase ovulator krng lebih 28 hari . fase ii volikel ovarium mulai matang walaupun hanya satu menjadi folikel dominan . pendarahan 4-5 hari fase folikularperkembngan folikel ovarium adanya proliferasi dan aktivitas aroma tesesel granulose yg dinduksi oleh FSH . kadar estradiol meningkat FSH menginduksi , FSH juga menstimuasi sintesis reseptor LH dan memulai reseptor LH . padahari 5-7 sebuah folikel lain mendominasi folikel lain menjadi matang dan berovulasi antara hari ke 13-15 . 2. Fase ovulator Fase ini ditandai dengan lokjakan sekresi LH hipofisi yg menuncak saat dilepasnya ovum yg matang melalui kapsul ovarium 2-3 hari sblm lonjakan LH estradiolyg bersikulasi meningkatsecara cepat dan bersamaan sintesisnya bekerja dalam keadaan max dan tdk lagi bergantung pada FSH. Progesterone mulai meningkat saat lonjakan LH menginduksi sintesis progesterone oleh sel granulose . Pada fase ini efek umpan balik positif pada sekresi LH pd pertengahan siklus . peningkatan sterogen ovarium mrupkan pusat dari ovulasi adanya lonjakan gonadostropin yg terjadi ketika terdapat peningkatan yg terus menerus. Peningkatan sensistivitas gonadrotopin hipofisis . ovulasi Nampak membutukna LH . LH telah diinhibitor sintesis prostaglandin menghambat ovulasi . 3. Fase luteal Stelah ovulasi , ovarium pembentukan dan pmeliharaan korpus luteum . luteal membuat esterogen . konstentsi esterogen dalam keadaan pra ovulator dengan umpan balik + .konstentrasi progesteon dan hidroksiprogesteron yg tinggi diekresi oleh korpus luteum . progesterone meningkat mencegah esterogen utk menstimulsi lonjakan LH yg lain dr hipofisis. Tinggi nya esteogen dan progesterone produksi denyut GnRH pravolunter menurun menyebabkan sekresi FSH dan LH pda garis besar. Lamanya fase luteal leih konsisten dri pda folikular biasanya 14 krng lbh 2 hari . jika tdk mengalami kehamilan korpus luteumakan mengalami regeresi dan perkmbngan folikel berlanjut kesiklus berikutnya. Setelah 14hari sekresi LH basal pun tdk mampu utk menunjang fungsi endokrin. Peningkatan sekresi FSHenjelang akhir fase lateral bergantung pda penurunan kadarprogesteron, estradiol, dan inhibin dlm sirkulasi yg ms berlangsung 4. Fase menstruasi Sekelompok folikel yg baru telah direkrut dan akan berlanjut ke folikel yg matang dan salah satu kan berovulasi . peristiwa endometrium yg dipicu oleh hilangnya dukungan progesterone terhadap kopus luteum pd siklus nonkonsepsi. Penurunan progesterone premenstruasi behub dengn penurunan aktivitas hidropraktaglandin. Homeostasis prostaglandin dan tromboksan menyebabkan kontraksi miometrium dan vascular dalam uterus.pengendalian berpusat pdterjadinya iskemia endrometrium, yg merupakan awal dr peluruhan endometrium dan penghentian pendarahan mentruasi. • Respons seksual manusia Fase-fase respon seksual : 1. Daya tarik atau Gairah seksual Tahap yg bersifatindividual , yg bersifat kepribadian. Wujudrangsangan berupa khayalan , bau, suara, dan fisik seperti sentuhan . jika pengukuran aliran darah di pelvic sebgai indikasi tingkat bgairah. Situasi rangsangan yg baru dan tidak terduga, wanita menykai khayalan, emosi, romantisme, atau yg sudah dikenal. 2. Eksitasi Ketertarikan dirangsang oleh stimulus pskologi atau fisisologi. Kedaan gairah meningkat pada fae plato. Jika stimulsi cukup maka akan tejadi orgasme atau klimkas kesenangan meledak. 3. Resolusi Gairah seksual akan menghilang kembalinya gairah dan orgasm digaris dasar. Respons seksual pria : Ereksi penis terjadi selama fase eksitasi dengan vasodiltasi otot polos lakunar penis yg akan menyebabkan penis menjadi besar da keras . rangsngan erektilbersifat psikogenik dan somatogenik, rangsangan imajinasi visual langsung dari limbic ke jalur desensen kemedula spinalis menuju ke efeen otonom dan visceral menuju penis . rangsangan yaitu sentuhan . rangsangan taktil ereksi tanpa progresi kefase berikut missal suara bising yg tiba-tiba ini dapat mengggagu ereksi penis. Selama fase plato peningkatan involunter pada vasokongesti dan ereksi penis . ukuran penis membesar dan skortum turun ke perineum. Terdapat ketegangan otoot , emisi terjaid sebelum ejakulasi kontraksi oto, kelnjar prostat dan vas deferens dan vesikula dinduksi dalam uretra . setelah fase plato tercapai dilanjutkan dengan fase ejakulasi dan orgasme. Selama osrasme ketegangan otottrjadi terjadi hiperventilasi . ejakulasi semen ini dari penis menandai tinggi orgasme serta perasaan senang memuncak. Pengecilan penisselama fase resolusi tahap 1 insolusi penis cepat , tahap 2 prose pengembalian penis ke ukuran normal . Respons seksual wanita : Rangsangan somatogenik dan psikogenik membangkitkn gairahbwanita melalui jalur saraf yg sama . respons klitolis terhadap rangsangan lebih sulit diprediksi dibandngkan.rangsangan taktil dari perineum mnimbulkan vasokongesti pebesaran badan klitoris dan ereksi . semakin lama eksitasi dan plato, semakin banyak produksi cairan pelumas vagina. Vagina melebar dan menajang selam afase eksitasi. (Heffner and schust,2005) Siklus respon seksual dibagi menjadi empat fase, yaitu: 1. Fase Rangsangan (Exicetement) Reaksi Umum pada kedua jenis kelamin - Denyut jantung dan tekanan darah terus meningkat. - Puting susu ereksi. - Miotonia dimulai. Reaksi wanita - Diameter klitoris membesar dan membengkak. - Genetalia eksterna menegang dan warna menjadi gelap. - Terjadi lubrikasi vagina : dua pertiga bagian atas vagina memanjang dan meluas. - Serviks dan uterus tertarik ke atas. - Ukuran payudara membesar. 2. Faseu Flateau (penguatan respons fase exicetement) Reaksi umum pada dua jenis kelamin - Denyut jantung dan tekanan darah terus meninkat . - Pernafasan menigkat. - Miotonia menjadi nyata: wajah meringis. Respon wanita - Kepala klitoris retraksi dibawah pembungkus klitoris. - Sepertiga bagian bawah vagina membesar. - Warna kulit berubah terlihat kemeraha di payudara, abdomen, atau dipermukaan yang lain. 3. Fase Orgasme (penyaluran kumpulan darah &tegangan otot) Reaksi umum pada dua jenis kelamin - Denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan meningkat sampai tingkat maksimum. - Timbul spasme otot involunter. - Sfingter rektum eksterna berkontraksi. Respon wanita - Kontraksi ritmik yang kuat terasa di klitoris, vagina dan uterus. - Sensasi hangat menyebar diseluruh daerah pelvis. 4. Fase Resolusi (fisiologis dan psikologis kembali kedalam keadaan tidak terangsang) Reaksi umum pada dua jenis kelamin - Denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan kembali normal. - Ereksi puting susu mereda. - Miotonia berkurang. - Berkeringat Respon wanita - Engorgement pada genetalia eksterna dan vagina berkurang. - Serviks dan uterus turun ke posisi normal. - Ukuran payudara mengecil. - Kemerahan di kulit menghilang.

Sabtu, 18 April 2015

review jurnal ( efektifitas buah belimbing terhadap penurunan TD padapenderita hipertensi)

Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto REVIEW JURNAL ILMIAH UNTUK KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN NamaPengutip: Kelompok Hari/Tgl Pengarsipan: 2015 No ASPEK JURNAL SUBSTANSI/ ISI JURNAL DIKUTIP 1 Judul /title: Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto 2 Nama penulis : Putri Indah Dwipayanti, S.Kep.Ns 3 Nama, edisi, halaman jurnal : Jurnal Keperawatan ,januari 2011-desember 2011,vol 01 /nomor 01 Sumber/bentuk http: 4 Setting penelitian A. Tempat penelitian : Penelitian dilaksanakan di setelah pengambilan sampel di Puskesmas Balongsari kota Mojokerto B. Waktu penelitian : Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah selama 11 bulan. C. Subyek penelitian : Populasi target pada penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi primer sebanyak 172 orang di Puskesmas Balongsari Mojokerto tahun 2009. Tetapi populasi terjangkau dalam penelitian ini penderita yang rutin memeriksakan penyakit nya di Puskesmas sebanyak 43 orang. 5 Kerangkapikir : 1. Hipertensi sering dijumpai pada orang dewasa dan merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. 2. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol, untuk itu diperlukan ketlatenan dan biaya yang cukup mahal. Dalam mengontrol hipertensi kita dapat memanfaatkan pengobatan secara farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sintetis yang belakangan ini cenderung mengalami hambatan karena daya beli masyarakat yang semakin menurun, sehingga kita dapat memanfaatkan pengobatan secara non farmakologis dengan obat alternatif berbahan baku buah belimbing yang bisa dijangkau dari segi materiil (Lastri, 2009). 3. darah yang meningkat bisa berpengaruh pada pembuluh darah jantung. Bila berlangsung lama akan terjadi gagal jantung yang disusul dengan sesak nafas, akibat yang lebih serius lagi adalah terjadinya stroke dan kematian karena aliran darah tidak lancar, sehingga suplai oksigen yang dibawa oleh sel-sel darah merah menjadi terlambat. 4. Mengingat tanaman ini sering kita jumpai di lingkungan kita dan mempunyai manfaat yang besar pula, sehingga diharapkan dengan melakukan pengobatan hipertensi secara non farmakologis (buah belimbing), tekanan darah pada penderita bisa menurun. 5. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa efektifitas buah belimbing terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi, sedangkan untuk tujuan khususnya meliputi (1) Mengidentifikasi tekanan darah penderita hipertensi sebelum diberikan terapi buah belimbing, (2) Mengidentifikasi tekanan darah penderita hipertensi sesudah diberikan terapi buah belimbing (3) Menganalisa efektifitas buah belimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. 6 Metodologi penelitian A. Jenis/ pendekatan : Kualitatif B. Metode sampling : Mengambil 30 responden untuk dijadikan sampel penelitian. C. Metode pengumpulan data Mengumpulkan data dengan cara pemberian terapi buah belimbing dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan frekuensi 2X dalam sehari. Setelah proses pemberian terapi buah belimbing dilakukan, tepatnya hari ke 3, peneliti kembali mengukur tekanan darah. D. Metode analisis data : Data dari pengukuran hasil tekanan darah diperoleh melalui observasi. Data tersebut dicatat, ditabulasi, dan dikelompokan sesuai dengan variable yang diteliti. hasilnya disajikan secara deskriptif dalam bentuk table. 7 Teori yang digunakan : 1. Hipertensi sering dijumpai pada orang dewasa dan merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Banyak orang yang menderita penyakit tersebut, tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus menerus seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum ada komplikasi pada organ tubuh. Sehingga tidaklah mengherankan bila hipertensi dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (the silent killer). Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol, untuk itu diperlukan ketlatenan dan biaya yang cukup mahal. Dalam mengontrol hipertensi kita dapat memanfaatkan pengobatan secara farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sintetis yang belakangan ini cenderung mengalami hambatan karena daya beli masyarakat yang semakin menurun, sehingga kita dapat memanfaatkan pengobatan secara non farmakologis dengan obat alternatif berbahan baku buah belimbing yang bisa dijangkau dari segi materiil (Lastri, 2009). 2. Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika, tekanan darah tinggi ditemukan dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi. Semua orangyang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya 61% medikasi. Dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga mencapai target darah yang optimal atau normal (Artikel Kesehatan, 2009). 3. Faktor yang berpengaruh memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah faktor genetik, jenis kelamin, umur, obesitas, dan konsumsi garam serta alkohol (Beevers, D. G, 2000). 4. Tekanan darah yang meningkat bisa berpengaruh pada pembuluh darah jantung. Bila berlangsung lama akan terjadi gagal jantung yang disusul dengan sesak nafas, akibat yang lebih serius lagi adalah terjadinya stroke dan kematian karena aliran darah tidak lancar, sehingga suplai oksigen yang dibawa oleh sel-sel darah merah menjadi terlambat. Melihat kompleksnya permasalahan hipertensi dan adanya hambatan pengobatan hipertensi secara farmakologis akibat daya beli masyarakat yang semakin menurun dan mempunyai harga yang cukup mahal, sehingga antisipasi dari permasalahan tersebut perlu diberikan terobosan baru kepada masyarakat, bahwasannya pengobatan non farmakologis (buah belimbing) dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus, baik dari segi ekonomis maupun manfaatnya (Lastri, 2009). 5. Buah belimbing mempunyai kadar potasium (kalium) yang tinggi dengan natrium yang rendah sebagai obat hipertensi yang tepat. Sehingga, diharapkan dengan mengkonsumsi buah belimbing muda dalam jumlah tertentu (3 buah) dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi . Soedarya (2009) Di Indonesia belum ada data nasional, namun pada studi INA-MONICA (Multinational Monitoring of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease) 2000 di daerah perkotaan Jakarta memperlihatkan kasus hipertensi derajat II (berdasarkan JNC II) adalah sebesar 20,9% dan di daerah Lido pedesaan kecamatan Cijeruk sebesar 16,9%. Hanya 13,3% penderita di daerah perkotaan dan 4,2% penderita di daerah pedesaan yang menjalani pengobatan (Yudini, 2006). 8 Hasil/temuan penelitian : 1. Table 1 (hasil uji penderita hipertensi sebelum diberikan terapi buah belimbing) menunjukkan bahwa dari 30 responden didapatkan nilai rata-rata MAP sebelum diberikan terapi buah belimbing adalah sebesar 126,44 mmHg. 2. Table 2 (hasil uji penderita hipertensi setelah diberikan terapi buah belimbing) menunjukkan bahwa dari 30 responden telah didapatkan nilai rata-rata MAP setelah diberikan terapi buah belimbing adalah sebesar 112,78 mmHg. 3. Table 3 (Analisa Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi) menunjukan bahwa dari 30 responden telah didapatkan hasil rata-rata dari MAP sebelum diberikan terapi buah belimbing sebesar 126,45 mmHg, sedangkan hasil rata-rata MAP setelah diberikan terapi buah belimbing sebesar 112,78 mmHg. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adanya penurunan nilai rata-rata MAP antara pre test dan post test sebesar 13,67 mmHg disebabkan karena responden telah diberikan terapi buah belimbing. 4. Dari hasil uji statistik Paired t Test diatas didapatkan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000. Oleh karena nilai p value<0,05 berarti H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi 9 Pembahasan/Diskusi 1. Analisa Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sebelum Diberikan Terapi Buah Belimbing a) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, data menunjukkan bahwa tekanan darah pada tiap-tiap responden bervariasi. Data menunjukkan nilai rata-rata MAP pre test (sebelum diberikan terapi buah belimbing) sebesar 126,45 mmHg. Variasi nilai tekanan darah tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, kegemukan (obesitas), faktor riwayat keluarga, kebiasaan/pola hidup (konsumsi garam, merokok, konsumsi alcohol, dan olahraga) serta stress (Beevers. D, 2000). b) Dari faktor usia telah didapatkan data pada gambar 4.2 bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 17 orang (56,7%) berumur antara 51-55 tahun. Tekanan darah akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini sering disebabkan oleh karena perubahan alamiah dari dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah, dan hormon (Beevers. D, 2000). c) Dari gambar 4.1 telah ditunjukkan bahwa hampir seluruh jenis kelamin responden atau sebesar 23 orang (76,7%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini telah dijelaskan oleh Beevers D (2000), bahwa perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. d) Dari gambar 4.3 didapatkan bahwa hampir setengah responden atau sebesar 13 orang (43,3%) berpendidikan SD. Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuannya. e) Sedangkan dari gambar 4.4 didapatkan bahwa hanpir seluruh responden yaitu sebesar 24 orang (80%) tidak bekerja. Dalam hal ini, bekerja sama halnya dengan beraktivitas atau dapat pula dikatakan sebagai olahraga. f) Selain faktor tersebut, terjadinya peningkatan tekanan darah juga disebabkan oleh karena responden dalam penelitian ini masih belum mencoba menurunkan tekanan darahnya dengan cara alamiah atau non farmakologis yang dalam hal ini adalah buah belimbing. 2. Analisa Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi a) Dari hasil penelitian telah didapatkan hasil nilai rata-rata MAP post test (setelah diberikan terapi buah belimbing) sebesar 112,78 mmHg. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan uji statistik Paired t Test yang diperoleh hasil nilai signifikansi (2-tailed) 0,000 yang berarti bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto. b) Pada dasarnya buah belimbing mengandung kadar kalium yang tinggi serta natrium yang rendah sebagai obat anti hipertensi. c) Terjadinya penurunan tekanan darah responden disebabkan oleh karena kandungan buah belimbing yang kaya akan kalium dan rendah natrium. d) Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa fakta adanya penurunan nilai rata-rata MAP post test penderita hipertensi (responden) telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa buah belimbing dapat dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Sehingga terjadinya penurunan rata-rata sistolik dan distolik ini terjadi oleh karena responden telah diberikan terapi buah belimbing, dan keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian terapi buah belimbing efektif untuk menurunkan tekanan darah responden yang menderita hipertensi. 10 Kesimpulan KESIMPULAN 1. Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum diberikan terapi buah belimbing didapatkan nilai rata-rata MAP sebesar 126,45 mmHg. 2. Tekanan darah pada penderita hipertesni setelah diberikan terapi buah belimbing didapatkan nilai rata-rata MAP sebesar 112,78 mmHg. 3. Berdasarkan hasil Uji Paired t Test disimpulkan bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto 11 Kekurangan Kekurangan : Pada hasil penelitian tidak dimasukkan jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan di tabel. Hanya hasil tekanan darah pre test dan post test saja yang dimasukkan kedalam tabel penelitian padahal dijelaskan dipembahasan bahwa jenis kelamin, umur, pendidikan, dan juga pekerjaan dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. 12 Kelebihan Kelebihan : Penelitian ini sangat bermanfaat karena memanfaatkan tanaman yang cukup ekonomis untuk dijadikan obat non farmakologis sebagai ganti dari obat farmakologis yang mana dijelaskan dalam jurnal “Melihat kompleksnya permasalahan hipertensi dan adanya hambatan pengobatan hipertensi secara farmakologis akibat daya beli masyarakat yang semakin menurun dan mempunyai harga yang cukup mahal, sehingga antisipasi dari permasalahan tersebut perlu diberikan terobosan baru kepada masyarakat, bahwasannya pengobatan non farmakologis (buah belimbing) dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus, baik dari segi ekonomis maupun manfaatnya (Lastri, 2009).” dan dalam penelitian ini dijelaskan uji statistik yang digunakan secara detail seperti nilai p untuk menetukan data yang didapatkan normal atau tidak sehingga bisa dipilih uji statistik yang tepat digunakan. 12 Saran & rekomendasi A. Saran : Perlu dilakukan penelitian ulang yang lebih teliti dengan menambahkan factor ex nya seperti umur, jenis kelamin , pekerjaan B. Rekomendasi : -

SAP DBD

SATUAN ACARA PENYULUHAN DBD Bidang Studi : Penyuluhan Komunitas Topik : DBD Subtopik : Pencegahan DBD bagi kesehatan masyarakat dan Lingkungan Sasaran A. Penyuluhan : Orang Tua (Para Ibu) B. Pencegahan : Masyarakat Gang Jam : 16.00-16.30 Hari/Tanggal : 12 Juni 2014 Waktu : 20 menit Tempat : Ruang Pertemuan Puskesmas Kelurahan TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM a. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan masyarakat komplek dapat mengerti tentang pengertian, gejala-gejala DBD, faktor resiko DBD, penyebab DBD, penanganan DBD, dan cara pencegahan penyakit DBD sehingga klien dapat menanggulanginya. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Orang Tua (Para Ibu) masyarakat komplek akan dapat menjelaskan tentang: 1. Pengertian DBD 2.Penyebab 3.Tanda dan gejala DBD 4. Faktor Resiko DBD 5.Ciri-ciri DBD 6.Komplikasi DBD (perdarahan/ trombositopenia).... 7. Cara pencegahan penyakit DBD 8.Penanganan DBD MATERI Terlampir MEDIA 1. Materi SAP 2.Lembar Balik 3. Leaflet METODE 1. Ceramah 2. Diskusi KEGIATAN PEMBELAJARAN No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta 1 2 menit Pembukaan : 1. - Memberi salam 2. - Menjelaskan tujuan penyuluhan 3. - Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan disampaikan Menjawab salam Mendengarkan dan memperhatikan 2 10 menit Pelaksanaan : - Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur. Materi : Pengertian DBD 2. Tanda dan gejala DBD 3. Faktor Resiko DBD 4. Cara pencegahan penyakit DBD 5. Penanganan DBD 1. Menyimak dan memperhatikan 3 5 menit Evaluasi - Menyimpulkan inti penyuluhan - Menyampaikan secara singkat materi penyuluhan - memberi kesempatan kepada responden untuk bertanya - memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab pertantanyaan yang dilontarkan Menyimak, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dari pemateri serta menyimpulkan materi yang dipahami. 4 2 menit Penutup - menyimpulkan materi yang telah disampaikan - menyampaikan terima kasih atas perhatian dan waktu yang telah diberikan kepada peserta - Mengucapkan salam Menjawab salam X. EVALUASI Metode Evaluasi : Diskusi dan Tanya jawab Jenis Pertanyaan : Lisan Jumlah Soal : 5 soal LAMPIRAN MATERI a. Pengertian DBD Demam Berdarah Degue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Degue yang mengakibatkan demam dan bisa menimbulkan pendarahan dan berakibat fatal. b. Penyebab DBD Penyebab DBD adalah virus dengue yang sampai sekarang dikenal dengan 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue 4), termasuk dalam group B Arthropod Bone Virus (Arbovirus). Ke-empat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai di daerah Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas disribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1, dan Dengue-4. c. Tanda dan Gejala DBD Gejala awal demam berdarah tergolong luas dan mirip dengan infeksi virus pada umumnya, seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, mual bahkan muntah. Beberapa mengeluh nyeri menelan dan terlihat tenggorokan memerah ( faring hiperemis, seperti pada radang tenggorokan) namun pada DBD jarang ditemukan batuk dan pilek. Walau demikian ada beberapa gejala demam berdarah yang khas, yang patut diwaspadai, yaitu: 1. Demam tinggi mendadak 2-7 hari. Kadang kala demam bersifat bifasik (seperti pelana kuda), yakni panas akan turun di hari ke 3 atau ke 4 tetapi hari berikutnya naik lagi. 2. Ruam pada kulit 3. Nyeri di belakang mata 4. Manifestasi pendarahan , yang ditandai dengan; A. Petekie , yakni bintik-bintik merah kehitaman pada kulit yang apabila kulit direnggangkan warna tetap terlihat. Inilah ciri khas bintik kulit pada DBD karena bintik merah akibat penyakit lain atau gigitan nyamuk akan tidak terlihat jika kulit direnggangkan. b. Mimisan (epistaksis) c. Muntah darah (hematemesis) d. BAB berdarah biasanya bewarna hitam (melena) d. Faktor resiko Ada beberapa faktor resiko yang menjadi penyebab penyakit DBD, yaitu : 1.Resiko identitas larva, 2.kepadatan hunian, 3.ventilasi, dan 4.kelembaban rumah E. Ciri-ciri DBD 1. Demam 2. Tanda-tanda perdarahan 3. Pembesaran hati (hepatomegali) 4. Renjatan (syok) 5. Trombositopeni 6. Hemokosentrasi 7. Gejala klinik lain F. Komplikasi DBD 1. Hepatomegali Sifat pembesaran hati : - pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit. - pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit. - nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus. 2. Perdarahan Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut : Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan Konjungtiva, Epistaksis, Pendaharan Gusi, Hematemesis, Melena dan Hematuri. 3. Trombositopeni - Jumlah trombosit ≤100.000/μI biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7 sakit. - Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun. - Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun. 4. Gejala klinik lain - Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang. - pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis. - Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan gastrointestinal dan rejatan. E. Cara pencegahan penyakit DBD 1. Minum yang cukup, jenis minuman yang bisa dikonsumsi adalah minuman elektrolit, diselingi minum sari buah-buahan (tidak harus jus jambu) dan ukur jumlah cairan yang keluar dan yang diminum . 2. Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup 3. Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang mengandung DEET saat mengunjungi tempat endemik dengue. 4. Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejalanya. 5. Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air untuk mencegah nyamuk berkembangbiak dengan menutup tempat penampungan, mengosongkan air tergenang dari ban bekas, kaleng bekas, dan pot bunga. 6. Pada pasien DBD tidak boleh diberikan asetosal, aspirin, antiinflamasi nonsteroid karena potensial mendorong terjadinya pendarahan. 7. Melakukan abatesasi tempat-tempat penampungan air untuk mencegah berkembangbiaknya nyamuk. Untuk abate yang ditaburkan kedalam bak tendon air, satu sendok makan abate untuk bak berukuran 1m x 1m x 1m atau dinding bak air sehingga kalau ada jentik, jentik akan mati. F. Penanganan DBD di rumah dan di pelayanan kesehatan Pasien DBD dapat berobat jalan, jika perlu dirawat. Pada fase demam pasien dianjurkan 1. Tirah baring, selama masih demam 2. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan. 3. Untuk menurunkan suhu menjadi < 39 derajat C, dianjurkan pemberian parasetamol. Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) oleh karena dapat menyebabkan gastrisis, pendarahan, atau asidosis. 4. Dianjurkan pemberian cairan den elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari. 5. Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesen. G. Demonstrasi ttg kegiatan 3M ..........